Kualitas Lahan
Kualitas Lahan di Daerah Rawa Pasang Surut (Hidrologi dan
Tanah)
Tabel ini
mencakup kualitas lahan hidrologis dan karakteristik tanah yang mempunyai
pengaruh penting terhadap desain dan potensi yang dimilikinya. Kualitas lahan
juga dipengaruhi oleh proses dinamis, tidak kurang karena perubahan pada layout
saluran dan desainnya, peningkatan saluran dan bangunan-bangunannya, atau oleh
perubahan lingkungan, seperti misalnya lenyapnya dome gambut.
Diharapkan
tabel ini akan menyumbangkan pemahaman yang lebih baik terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dan pengaruh yang diharapkan dari
peningkatan proyek rawa pasang surut. Tabel ini hendaknya digunakan untuk
kegiatan survey inventarisasi dan investigasi serta desain, baik pada tingkat
mikro maupun tingkat makro.
Satuan Lahan di daerah
rawa pasang surut merupakan kombinasi dari dua kualitas lahan hidrologis dengan
satu kualitas tipe luapan lahan, satu kualitas drainabilitas lahan dan satu
kualitas tipe tanah. Pengalaman yang ada sejauh ini sangat kurang untuk
menentukan satuan lahan berdasarkan atas kualitas lahan seperti digambarkan
pada tabel di bawah ini. Dari pengalaman dapat dipelajari kombinasi yang paling
relevan dari kualitas lahan.
Pembatasan dari kualitas berdasarkan panjang saluran sampai
sungai seperti di kemukakan pada tabel di bawah ini bersifat arbriter.
Kesemuanya tergantung kepada desain dan layout dari sistem serta sangat
dipengaruhi oleh kisaran pasang surut di sungai terdekat. Pembuatan model komputer
dari masing-masing sistem saluran akan sangat memungkinkan dan dianjurkan untuk
digunakan dalam menentukan batas-batas dari masing-masing kualitas lahan
hidrologi. Berdasarkan alasan praktis pembatasan panjang saluran sampai sungai
yang dikemukakan pada tabel di bawah ini didasarkan atas pengalaman secara umum
yang dijumpai di daerah rawa pasang surut. Hendaknya dipahami bahwa untuk
masing-masing areal dan layout di suatu scheme mungkin saja berbeda dan
pembatasannya bersifat indikatif
Klasifikasi kualitas lahan mempertimbangkan
kondisi lahan saat ini. Pada kasus dimana masalah genangan dijumpai di
lapangan, diasumsikan bahwa kondisi saat ini ataupun tindakan-tindakan
penyempurnaan yang diharapkan dilakukan mampu mengatasi masalah banjir atau
genangan di lokasi.
Kualitas Lahan pada Hidrologi
|
Hidrologis/ Kualitas panjang kanal
sampai sungai
|
Rekomendasi dan Potensi Penggunaan
|
1.1
Acaman (bahaya) intrusi air asin
|
1.1.1 Areal dimana intrusi air asin di saluran
berlangsung selama 3 – 6 bulan
|
Hanya berpotensi untuk tanam padi sekali setahun. Perlu
diberikan perhatian ekstra untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Tanaman
keras bisa saja merupakan pilihan yang lebih baik di areal dimana kedalaman
efektif drainasenya memadai. Di areal dengan kisaran pasang surut yang kecil
dianjurkan budidaya ikan/ udang.
|
1.1.2 Areal dimana instrusi air asin
di saluran berlangsung kurang dari 3 bulan.
|
Potensial untuk tanama padi dua kali setahun. Sebagian
terbesar dari lahan pasang surut yang sudah direklamasi tergolong dalam
klasifikasi ini.
|
|
1.2
Areal dimana kisaran pasang surutnya < 30 cm dalam musim hujan di sungai/
saluran primer/ saluran sekunder yang terdekat; jarak dari lokasi sampai
saluran < 1,5 km.
(jika jarak ke saluran primer/
sekunder > 1,5 km kawasan semacam ini tidak tergolonglahan pasang surut.)
|
1.2.1
Areal dengan panjang kanal < 8 km sampai sungai pasang surut.
Kisaran pasang surut yang kecil di
saluran pada panjang kanal < 8 km sampai sungai menunjukkan bahwa daerah
semacam ini sudah berada di luar jangkauan engaruh pasang surut sungai,
mendekati kepada bagain dari bantaran banjir sungai.
|
Areal semacam ini umumnya berbatasan dengan lebak (dataran
banjir) dan biasanya memerlukan tanggul pengaman banjir. Pola tanaman harus
disesuaikan dengan kondisi setempat. Perlu kehati-hatian terhadap tanah
sulfat masam. Irigasi pompa sangat diperluka untuk lahan jenis ini. Aliran
air satu arah di saluran dinilai penting.
|
1.2.1
Areal dengan panjang kanal > 8 km sampai sungai pasang surut.
Kisaran pasang surut yang kecil di
sini biasanya menunjukkan daerah ini masih terjangkau oleh pasang surut muka
air sungai, hanya masalahnya letaknya terlampau jauh dari sungai. Diperlukan
tindakan ekstra untuk pengaturan air di saluran.
|
Perlu perhatian khusus terhadap
tanah sulfat masam. Apabila ada tanah sulfat masam maka perlu dijaga agar
tanah tersebut dalam keadaan basah dimusim kemarau (lihat tipe luapan 2.2).
Irigasi pompa umunya sangat
penting. Saluran primer utama perlu sejajar sungai dan dilengkapi dengan
bangunan pengatur air searah.
|
|
1.3 Areal dengan kisaran pasang surut > 30
cm selama musim hujan di sungai/ saluran primer/ saluran sekunder yang
terdekat; jarak dari lokasi ke saluran < 1,5 km.
|
1.3
Areal yang berbatasan dengan jangkauan pasang surut sungai.
|
Bagian terbesar dari lahan rawa pasang surut berada di
kawasan ini.
|
Kualitas Hidrologis
Tipe Luapan
|
Hidrologis/ Kualitas panjang kanal
sampai sungai
|
Rekomendasi dan Potensi Penggunaan
|
2.1 Irigasi pasang surut
(pasut)
Tipe
luapan pasut A/B.
Panjang kanal sampai sungai akan
mempengaruhi potensi irigasi pasut dan tipe irigasi pasut.
|
2.1.1 Kawasan dengan panjang kanal
< 1,5 km sampai sungai pasang surut, tidak ada genangan/ luapan dalam.
|
Kawasan yang mudah dikelola saluran sistem terbuka baik
untuk suplai air dan drainase. Kawasan ini biasanya dikuasai oleh petani
lokal yang telah ada sejak awal.
|
2.1.2 Kawasan dengan panjang kanal
< 1,5 km sampai sungai pasang surut, genangan/ luapan dalam.
|
Tanggul untuk pengamanan banjir diperlukan. Diperlukan
bangunan pengendali di tanggul.
|
|
2.1.3
Kawasan dengan panjang kanal > 1,5 km sampai sungai pasang surut.
Irigasi pasut tergantung kepada
pengaruh kombinasi dari hujan, ukuran saluran yang relatif kecil, tingginya
pasut, dan elevasi tanah.
|
Perlu perhatian terhadap drainase
yang berlebihan bilamana saluran diperbesar ataupun bila membuat sudetan ke
sungai. Bangunan pengendali untuk mengatur muka air sangat diperlukan.
|
|
2.2 Surface flows from nearby peat forest/upland
|
2.2 Aliran air permukaan bisa
membasahi areal ini.
|
Bahaya drainase berlebihan bilamana saluran
diperbesar. Pengendalian aliran diperlukan dengan membangun tanggul dan
bangunan pengendali.
|
2.3 Tidak ada irigasi pasut.
Tipe luapan pasut C/ D.
|
2.3 Areal ini tidak bisa
dibasahi oleh aliran permukaan maupun oleh irigasi pasut.
|
Biasanya diperlukan pencucian yang intensif melalui
sistem pengelolaan air di tingkat lahan usaha tani untuk jenis tanah muck
(organic) maupun pirit. Tidak ada saluran buntu dan aliran satu arah di
saluran utama dianggap penting di tempat-tempat dimana panjang kanal ke
sungai > 1,5 km.
|
Drainabilitas
|
Pengaruh Panjang Kanal sampai
Sungai
|
Rekomendasi dan Potensi Penggunaan
|
3.1 Lahan tanpa potensi
drainase yang mencukupi.
|
3.1.1 Panjang kanal < 1,5 km sampai
sungai pasang surut.
Areal semacam ini biasanya dapat
didrainase pada saat surut rendah.
|
Tanaman padi biasanya bisa dibudidayakan. Perlu perhatian
yang lebih besar untuk penyempurnaan banyaknya hubungan ke sungai terdekat
guna meningkatkan potensi drainase. Tanaman keras hanya bisa tumbuh di
guludan (sorjan).
|
3.1.2
Panjang kanal > 1,5 km sampai sungai pasang surut.
Pada kasus ini waktu yang tersedia
untuk drainase pada saat surut rendah terlampau singkat untuk memungkinkan
drainase yang memadai.
|
Tidak dianjurkan untuk melakukan kegiatan
pertanian di kawasan ini. Kawasan ini sebagian besar meliputi tanah gambut.
Opsi yang berhubungan dengan kegiatan kehutanan dimana keperluan untuk
drainase lahan bersifat minimum merupakan opsi yang dianjurkan.
|
|
3.2 Lahan dengan potensi drainase
yang mencukupi
|
3.2.1
Kedalaman efektif drainase 30 – 60 cm. Panjang Kanal < 1,5 km sampai sungai
pasang surut.
Selama periode surut rendah lebih
banyak waktu yang tersedia untuk drainase dan potensi drainase setara dengan
kualitas lahan 3.2.3
|
Dapat direkomendasikan untuk tanaman keras maupun
padi.
|
3.2.1 Kedalama
efektif drainase 30 – 60 cm. Panjang kanal > 1,5 km sampai sungai pasang
surut.
Selama surut rendah waktu yang
tersedia untuk drainase lebih singkat.
|
Direkomendasikan terutama untuk tanaman padi.
Tanaman keras hanya bisa tumbuh di guludan (sorjan).
|
|
3.2.3 Kedalaman efektif
drainase > 60 cm.
Di kawasan semacam ini tidak
pernah ada masalah drainase.
|
Dikebanyakan kasus tanaman keras merupakan alternatif
terbaik. Di daerah yang drainasenya terhambat dengan sedimen marine tua (lihat
4.2.2) biasanya digunakan untuk budidaya tanaman padi.
|
Kedalaman
efektif drainase adalah perbedaan antara rata-rata permukaan tanah dengan
rata-rata muka air di saluran sekunder terdekat yang depengaruhi oleh gerakan
pasang surut. Setelah upgrading/ rehabilitasi saluran dilakukan, maka kedalama
efektif drainase akan semakin baik, dengan demikian berpengaruh terhadap
kualitas lahan secara dinamis.
4.1 Muck (Organik)/ Tanah Sulfat Masam
|
4.1.1 Lahan potensial
|
Keseimbangan yang ada antara oksidasi dan pencucian
mencukupi untuk mempertahankan tanah menjadi masam. Sangat penting untuk
mematangkan tanah dengan kepadatan rendah yang belum matang dengan menerapkan
sistem pengaturan air dangkal. Untuk memacu proses pematangan tanah
jenis ini, maka selama musim kemarau air tanah harus diturunkan 60 cm di
bawah permukaan tanah. Pada tanah yang sudah matang sangat mungkin penggunaan
irigasi pompa dikombinasikan dengan traktor dan terciptanya “plough-layer”
(tanah yang belum matang tidak bisa mempertahankan genangan air di atas
lahan).
|
4.1.2 Lahan Sulfat Asam
|
Potensi untuk pencucian dan penggelontoran pada
kondisi saat ini tidak mencukupi: bisa kembali menjadi lahan potensial dengan
menyempurnakan sistem pengaturan air dikombinasikan dengan pengolahan tanah
dengan mekanisasi, serta menghubungkan dua saluran dan penggelontoran air
satu arah.
|
|
4.2 Bukan Tanah Sulfat Masam
|
4.2.1 Sedimen Marine (laut) Muda
|
Sebagian besar jenis tanah ini berpotensi untuk ditanami
padi atau kolam ikan.
|
4.2.2 Sedimen Marine Tua
|
Jenis tanah ini utamanya untuk budidaya tanaman padi.
Pembajakan tanah secara dalam tidak dianjurkan karena bahaya tercampurnya
lapisan atas tanah dengan tanah beracun (aluminium).
|
|
4.3 Tanah Gambut
|
4.3 Kedalaman efektif
drainase berkelanjutan (>30 cm) setelah subsider (penurunan tanah)
|
Bisa untuk budidaya tanaman keras.
|
4.4 Kedalaman efektif tidak berkelanjutan (<30 cm)
setelah subsider (penerunan tanah)
|
Tidak ada potensi Pertanian atau potensi Perkebunan. Muka
air tanah harus dekat muka tanah, kurang 30 cm di bawah tanah.
Berapa macam pohon rawa bisa
tumbuh. (Pohon Ramin?)
|
|
4.4 Tanah dengan Kesuburan Rendah “Whitish”
|
4.5 Kondisi hidrologis bisa beargam
|
Potensi untuk pertanian sangat rendah. Dengan
semakin baiknya drainase, tanah jenis ini berpotensi untuk “Melaleuce
Forestry”
|