Friday, 12 August 2016

Teori Tempat Tersentral Walter Christaller -PPW-


Walter Christaller menulis buku Die Zentralen Orte in Sud Deutchland,Jena, Gustav Fischer, 1933 yang kemudian diterjemahkan kedalam b. Inggris oleh E.W. Baskin dengan judul Places in Southern Germany, Englewood Cliffs, N.J Prentice Hall, 1996. Inti pokok teori tempat sentral adalah menjelaskan model hirarki perkotaan.
Model Chiristaller dinyatakan sebagai suatu sistem geometrik yang dikenaldengan  Sistem K=3. K adalah huruf indeks untuk notasi pola pemukiman. Asumsi Chistaller :
1.      Wilayah model merupakan dataran tanpa roman. Tak memiliki raut tandaa khusus baik alamiah maupun buatan manusia.
2.      Perpindahan dapat dilakukan kesegala jurusan, suatu situasi  yang dilikiskan sebagai permukaan isotropik.
3.      Penduduk serta daya belinya tersebar merata diseluruh wilayah.
4.      Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak.
Berdasarkan hal tersebut ia mengembangkan model wilayah perdagangan yang efesien yang berbentuk segi enam. Tahapannya sebagai berikut :
1.      Buat lingkaran berdakatan dengan yang lain.
Gambar

1.      Tumpang tindihkan lingkaran spt gambar dibawah ini
1.      Akhirnya terbentuk wilayah perdagangan dengan bentuk segi enam seprti sarang lebah.
Tiap wilayah perdagangan heksagonal (segi enam) memiliki pusat. Besar kecilnya pusat-pusat tersebut adalah sebanding dengan besar kecilnya masing-masing heksagonal. Heksagonal yang terbesar memiliki pusat paling besar, sedangkan heksagonal yang paling kecil memiliki pusat paling kecil. Dalam keseimbangan jangka panjang seluruh wilayah sistem sudah tercukup yang berbentuk wilayah-wilayah heksagonal yang besarnya berbeda-beda dan saling tumpang tindih satu sama lain.   Susunan hirarki ini membentuk model pola permukiman sistem K=3.
Liat gambar dibawah ini.
Ada pun proses timbulnya wilayah perdagangan heksagonal adalah seperti dalam TAHAPAN MODEL WILAYAH PERDAGANGAN YANG EFESIEN YANG BERBENTUK SEGI ENAM.
Secara horizontal model Christaller menunjukkan kegiatan-kegiatan manusia yang terorganisir dalam tataruang geografis dan tempat-tempat sental yang lebih tinggi tinggi ordenya mempunyai wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan yang lebih luas.
Tempat-tempat sentral kecil dan wilayah komplementernya tercakup dalam wilayah-wilayah perdagangan dari pusat yang lebih besar. Sedangkan secara vertikal, model tersebut memperlihatkan bahwa pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mensuplai barang-barang keseluruh wilayah, dan kebutuhan akan bahan – bahan mentah dipusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mempunyai jumlah dan jenis kegiatan-kegiatan serta volume yang lebih besar dibanding pusat-pusat yang lebih rendah ordenya. Jiak hirarki pusat-pusat tersebut sudah terbentuk, dapat disaksikan domnasi pusat-pusat yang lebih besar dan mengutubnya arus gejala ekonomi kepusat besar yang mencerminkan ciri sebagai wilayah-wilayah yang nodal.
Prinsip pemasaran dengan susunan piramidal pada model tempat tempat sentral dapat menjamin minimisasi dianiaya-biaya transpor. Dilain pihak disebutkan beberapa kelemahan, yaitu model tersebut tidak adanya spesialisasi atau pembagian kerja diantara pusat-pusat tersebut, kecuali terdapat hubungan antara pusat yang lebih tinggi ordenya dengan pusat-pusat yang lebih rendah yang ordenya dalam suplai barang-barang hasil dan bahan-bahan mentah diperlukan. Selain itu menurut Chistaller, seluruh wilayah perdagangan dapat dilayani, sedangkan kenyataannya sebagian dari wilayah-wilayah yang dimaksud tidak seluruhnya dapat terlayani karena terbatasnya fasilitas transportasi dan hambatan geografis. Teori tempat sentral dapat dikatakan kaku dan terlalu sederhana. ( oversimplification).
Teori tempat tersentral menjelaskan pola geografis dan struktor hirarki pusat-pusat kota dan wilayah-wilayah nodal, akan tetapi tidak menjelaska bagaiman pola geografis tersebut terjadi secara gradual dan bagaimana mengalami pola  mengalami perubahan- perubahan pada masa depan, atau dengan lain tidak menjelaskan gejala-gejala (fenomena) pembangunan. Teori ini bersifat stratis. agar teori tempat tersentral dapat menjalelaskan  gejala dinamis, maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah yang menjelaskan mengenai proses perubahan struktural. Salah satu teori pertumbuhan adalah teori kutub pertumbuhan yang di intoduksikan oleh Perrroux, membahas pertumbuhan pertumbuhan  struktural pada tata ruag geografis.
Teori tempat tersentral untuk sebagian bersifat positif karena berusaha menjelaskan penentukan aktual arus pelayanan jasa, dan untuk sebagian lagi bersifat normatif karena berusaha menentukan pola optimal distribusi tempat-tempat sentral. Keduanya memiliki kontribusi pada pemahaman interalasi spatial dan mengenai kota-kota sebagai sistem didalam sistem perkotaan.
Dalam hubungan dengan perkotaan, teori tempat tersentral menyatakan bahwa tempat fungsi-fungsi pokok pusat kota adalah sebagai pusat-pusat pelayanan bagi wilayah komplementernya, yaitu  menyuplai barang-barang dan jasa-jasa sentral seperti jasa-jasa perdagangan, perbankan, profesional, pendidikan, hiburan dan kebudayaan, dan jasa-jasa pemerintah kota. 
            Richarson telah menemukan beberapa keterbatasan teori tempat tersentral, yaitu sebagai berikut ( H.W. Richarson (ed); 1970, 82-83, yaitu pertama, teori tempat tersentral tidak memberikan penjelasan secara lengkap mengenai pertumbuhan kota karena teori tersebut diformulasikan berdasarkan pembangunan daerah pertanian yang tersusun secara hirarki dan berpendudukan secara merata. Dengan tumbuhnya kota-kota muncullah jasa-jasa yang tidak berkenaan dengan pasar wilayah belakang, sebagai contoh kehidupan kota metropolitan dapat menciptakan kebutuhan-kebutuhan sendiri (internal) misalnya peningkatan penyediaan fasilitas persediaan air minum, listrik, angkutan umum, demikian pula kebutuhan fasilitas parkir. Persoalan pemasaran barang barang dan jasa yang dihasilkan oleh tempat sentral.
              Kedua, analisis tempat tersental menekankan pada peranan sektor perdagangan dan kegiatan-kegiantan jasa dari pada kegiatan-kegiatan manufaktur. Kegiatan manufaktur dianggap sebagai kegiatan produktif non tempat sentral. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan, banyak kota besar dan kota lainnya serig kali mengalami perluasan dalam hal lokasi manufaktur karena kota-kota yang bersangkutan merupakan pasar tenaga kerja yang luas dan pada umumnya memberikan keutugan-keuntungan aglomerasi, dimana perusahaan-perusahaan manufaktur lebih banyak melayani para nasional dari pada pasar-pasar regional.
            Ketiga, pertumbuhan kota meningkat terus dan telah sampai pada suatu tingkat tertentu diperlukan tambahan sumberdaya-sumberdaya yang berasal dari luar wilayah nodal misalnya sumber tenaga kerja dan modal. Dalam hal ini arus masuknya sumber-sumber daya tersebut dari luar wilayah tidak dapat dijelaskan seperti halnya penawarn barang-barang dan jasa-jasa dari tempat sentral kepada wilayah-wilayah pasar di sekitarnya.
            Model tempat tersental tidak berhasil menjelaskan menjelaskan timbulnya kecenderungan yang kuat dalam masyarakat mengenai pengelompokan perusahaan karena pertimbangan keuntungan aglomerasi  dan ketergantungan lokasi.
            Meskipun model tempat tersentral mempunyai keterbatasan, namun sesungguhnya teori tempat tersental mengandung paling sedikit 3 konsep fundamental, yaitu ambang (treshold,), lingkup (range) dan hirarki (hierarchy) , H.W. Richardson, 1972, 72. Proses penyebaran pertumbuhan mengikuti pola ambang ( jumlah penduduk) dan pola lingkup (sistem lokasi) ; Kedua faktor tersebut menentukan hirarki tempat tersentral. Konsep-konsep ini merupakan unsur-unsur spasial penting dan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan formal. Permintaan dan wilayah-wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan.
            Beberapa sumbangan positif teori tempat tersentral dapat ditemukan, yaitu, teori tersebut adalah relevan bagi perencanaan kota dan wilayah, karena sistem hirarki merupakan sarana yang efisien untuk perencanaan wilayah. Tempat tersentral besar sekali merupakan titik pertumbuhan inti di wilayahnya dan menentukan tingkat perkembangan ekonomi ke seluruh wilayah. Dengan demikian jelaslah bahwa distribusi tata ruanng dan besarnya pusat-pusat kota merupakan unsur yang sangat penting bagi dalam struktu wilayah nodal dan kemudian lahirkan konsep-konsep dominasi dan polarisasi. Teori tempat tersentral mengemukakan model yang mudah dimengerti ntuk menjelaskan pertumbuhan hirarki kota dan ketergantungan antara pusat-pusat kota dan wilayah-wilayah sekitarnya.

posted by Murliani